Minggu, 13 September 2015

Cerita Fatamorgana

Seperti cahaya mentari yang menyeruak masuk melalui celah daun dan ranting..

Mata ini terpejam..
Ketika hati berharap pada sebuah fatamorgana..

Tahukah bahwa dirimu seperti fatamorgana?
Datang disaat sepi menghadang, menghampiri disaat rindu meradang..tapi sayang dirimu hanya fatamorgana kelam.

Ketika hati ini berbisik, berdesir seperti riak air laut menerjang karang. Saat merasakan sebuah perasaan baru, diterpa asa yang membuat haru..
Tapi apa, sekali lagi hanya fatamorgana..

Ilusi kah itu semua? Saat jantung ini menari dengan gemulai bagaikan balerina di panggung megah? Saat harmonika yang dimainkan lembut yang menghasilkan suara yang mesra dan mendayu?

Mungkin cerita ini belum siap. Terlalu dini untuk dimulai. Karena sang pemeran masih samar dengan perannya.

Rindu ini mulai terlepas, bagai ratusan balon warna-warni yang mulai terbang dan tersebar di awan. Kamu pergi, aku diam. Ada pinta yang tidak sempat terucap. Mungkin aku takut untuk mencari, karena fatamorgana hanyalah semu belaka. Tidak akan menjadi nyata..

Hei ini rahasiaku..

Kepada sang fatamorgana, yang membentuk siluet membelakangi matahari. Terima kasih atas kebahagian kecil, aku cuma bisa membalas dengan tawa renyahku yang tak sempurna.
Jujur, aku ingin mewujudkan fatamorgana..yaa kita berdua, kamu dan aku. Tapi lagi-lagi hanya fatamorgana belaka..

Baiklah, mungkin kuputuskan untuk mengejar waktu, semoga tak terhalang oleh bayanganmu, hai si fatamorgana..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar